Minggu, 10 Januari 2010

Agama Dalam Pandangan Einstein

Salah satu kutipan terkenal mahasarjana Albert Einstein adalah Science without religion is lame, religion without science is blind.(Ilmu tanpa keberagamaan berarti pincang, keberagamaan tanpa ilmu berarti buta). Sekalipun terkenal, kutipan ini termasuk yang paling sering dimanipulasi orang beragama menjadi Ilmu tanpa agama berarti pincang, agama tanpa ilmu berarti buta.

Supaya jernih perbedaan antara keberagamaan dan agama, baiklah ditambahkan kutipan lain Einstein sbb:
Itu, jelas-jelas, bohong tentang apa yang kamu tangkap perihal keyakinan keberagamaan saya, suatu penipuan yang secara sengaja diulang-ulang. Saya tidak percaya pada Tuhan yang bersosok dan saya tidak pernah menyangkalnya, bahkan menyatakannya dengan jelas. Jika ada dalam diri saya yang bisa disebut keberagamaan, maka maksudnya adalah rasa takzim yang tak terbatas pada tata-susunan dunia sebatas yang terungkap oleh ilmu pengetahuan kita.
It was, of course, a lie what you read about my religious convictions, a lie which is being systematically repeated. I do not believe in a personal God and I have never denied this but have expressed it clearly. If something is in me which can be called religious then it is the unbounded admiration for the structure of the world so far as our science can reveal it

Keberagamaan Einstein jelas-jelas beda dengan keyakinan seorang teis. Seorang pemeluk teisme, percaya pada sosok adigaib yang mencampuri urusan pratidina manusia. Sosok itu bisa menghukum, mengampuni dosa, menyembuhkan sakit, membalas doa, atau menentukan jodoh. Yang kocak, pemeluk teisme suka sekali mengutip ucapan Einstein perihal agama ini untuk memperkukuhkan keyakinan mereka.

Kutipan lain Einstein perihal agama yang sering dimanipulasi para teis adalah God does not play dice (Tuhan tidak untung-untungan) pada awal kelahiran Alam Semesta. Ketika Einstein sedang mengucapkan kata-kata ini, ia sedang sewot karena ketidakpastian mekanika kuantum berupaya menjelaskan situasi awal Alam Semesta. Einstein waktu itu sangat jengkel dengan para fisikawan mekanika kuantum yang memanfaatkan teori relativitas khususnya untuk mengembangkan fisika kuantum dan memperlihatkan ciri acak dalam fisika.

Menilik sikap Einstein pada kutipan awal, maka terjemahan yang pas dengan konteks saat diucapkan tapi mudah dipahami bukan Tuhan tidak untung-untungan atau Tuhan tidak bermain dadu, melainkan sifat acak bukan prinsip fisika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa pendapatmu...?