Rabu, 30 Desember 2009

Orang Bergolongan Darah Rhesus Negatif

Penulis: M. Sholekhudin

Golongan darah biasanya identik dengan sistem ABO. Jarang kita mendengar golongan darah rhesus positif atau negatif. Padahal keduanya sama-sama penting dan mesti diketahui. Jika tidak, urusan beda rhesus bisa merepotkan.

=====

“Dulu saya tidak tahu apa itu rhesus. Kok kayak nama pelawak (alm. Lesus) aja,” canda Agus, seorang pemilik golongan darah rhesus negatif. Di KTP-nya cuma tertulis bahwa golongan darahnya B. Itu saja. Tak ada embel-embel rhesus positif atau negatif.

Ia baru sadar betapa pentingnya urusan rhesus ketika dia terbaring di rumah sakit dan membutuhkan tranfusi darah. Dari pemeriksaan hematologi, diketahui rhesus darahnya negatif. Sejak itulah ia tahu betapa repotnya menjadi pemilik darah rhesus negatif.

Rupanya mencari stok darah golongan B rhesus negatif tak segampang yang ia bayangkan. Rumah sakit tempat ia dirawat mencari stok darah ke Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta. Malang tak dapat ditolak, saat itu PMI sedang kehabisan stok darah rhesus negatif.

Keluarganya kemudian berusaha mencari donor dengan cara berkirim pesan lewat ponsel dan e-mail ke kawan-kawan dekat. Oleh kawan-kawan mereka, pesan dan e-mail itu kemudian diteruskan dan menjalar ke mana-mana. Bukan hanya kepada kawan langsung, tapi juga sampai ke kawan dari teman mereka. Mujur tak dapat diraih, cara ini pun ternyata belum jitu. Untung saja, setelah melewati penantian beberapa hari, ia akhirnya mendapatkan donor lewat bantuan PMI DKI Jakarta.



Dianggap musuh

Seperti kita tahu, pada sistem ABO, golongan darah terbagi menjadi empat macam: A, B, AB, dan O. Pada sistem rhesus, golongan darah terbagi menjadi dua: rhesus positif dan negatif. Dua sistem penggolongan ini berbeda satu sama lain. Tapi di dalam urusan donor darah, keduanya saling melengkapi. Jika dua sistem ini digabungkan, maka secara keseluruhan terdapat delapan macam golongan darah: A(+), A(-), B(+), B(-), AB(+), AB(-), O(+), dan O(-).

Rhesus sendiri adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat itu Landsteiner-Wiener melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina.

Mereka yang mempunyai faktor protein ini disebut berhesus positif. Sedangkan yang tidak memiliknya disebut berhesus negatif. Mirip seperti pada sistem ABO, di dalam sistem rhesus juga terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditranfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini bertemu, dipastikan akan terjadi perang di antara keduanya.

Sistem pertahanan tubuh si reseptor (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai “benda asing” yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus.

Saat transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. “Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal,” terang dr. Yuyun SM Soedarmono, MSc, Direktur Unit Tranfusi Darah Pusat PMI.

Saat tranfusi kedua, antirhesus mencapai kadar yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi juga malah memperparah kondisi si reseptor sendiri. Ginjalnya harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu.

Itu sebabnya, pemilik rhesus negatif tidak boleh menerima donor darah rhesus positif sekalipun berdasarkan sistem ABO golongannya sama. Aturan ini tetap berlaku meskipun pendonor adalah keluarga dekat atau bahkan darah dagingnya sendiri.

Tapi aturan ini hanya berlaku satu arah. Pemilik rhesus positif bisa menerima donor, baik dari sesama rhesus positif, maupun dari rhesus negatif. Hal ini karena darah rhesus negatif tidak mengandung “benda asing” yang bisa disangka sebagai musuh yang dapat memacu timbulnya antirhesus.



Manusia langka

Di seluruh dunia, pemilik rhesus negatif merupakan golongan minoritas. Menurut catatan American Association of Blood Bank, sebagian besar orang di dunia memiliki rhesus di dalam darahnya. Hanya sebagian kecil yang tidak. Persentase jumlah pemilik rhesus negatif berbeda-beda antarkelompok ras. Pada ras bule (seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia), jumlah pemilik rhesus negatif sekitar 15 – 18%.

Sedangkan pada ras Asia, persentase pemilik rhesus negatif jauh lebih kecil. “Di Indonesia, pemilik rhesus negatif hanya sekitar setengah persen,” kata Yuyun. Dengan kata lain, dari seribu orang, hanya sekitar lima orang berhesus negatif.

Meski begitu, rhesus negatif bukan sebuah kelainan atau penyakit bawaan. Sama seperti tangan kidal. Perbedaan ini semata-mata masalah genetik, bukan salah Bunda mengandung.

Karena persentasenya sangat kecil, jumlah pendonor pun amat langka. Lebih-lebih golongan AB rhesus negatif. Ini merupakan golongan darah paling langka. Di bank darah PMI, stok darah rhesus negatif biasanya hanya satu kantung untuk masing-masing golongan darah ABO. Selain karena jumlah pendonor langka, permintaannya pun memang sangat jarang.

Untuk menyiasati jika ada kebutuhan sewaktu-waktu, PMI menerapakan sistem donor panggilan. Sebagai bank data, PMI mencatat identitas lengkap orang-orang yang diketahui berhesus negatif. Jika ada permintaan darah rhesus negatif, PMI akan menghubungi mereka agar mendonorkan darahnya.

Mungkin karena dipersatukan oleh nasib sebagai sesama warga minoritas, mereka biasanya tak sulit dimintai bantuan. Jika si pendonor tidak bisa datang ke PMI karena kesibukan kerja umpamanya, maka pihak PMI akan mendatangi kantornya. Tak bisa siang, malam pun jadi. Solidaritas mereka betul-betul layak dicontoh.

Meski begitu, saat-saat tertentu PMI kadang tetap tidak bisa memenuhi permintaan darah rhesus negatif. Yuyun memberi contoh, PMI DKI Jakarta kadang harus minta bantuan PMI daerah lain misalnya Bali karena di sini banyak terdapat warga asing. Jika cara ini pun tidak berhasil, PMI Pusat kadang sampai harus minta bantuan ke palang merah negara lain misalnya Singapura, Australia atau Belanda. Walhasil, solidaritas kaum rhesus negatif tak hanya dalam satu kota atau antarkota, tapi juga lintas negara.

Bank data pemilik rhesus negatif ini biasanya tercatat di PMI tingkat daerah (provinsi) atau PMI tingkat cabang (kabupaten atau kota). Tentu saja tidak semua pemilik rhesus negatif tercatat di bank data PMI. Yang tercatat hanya mereka yang kebetulan telah menjalani pemeriksaan rhesus. Para mahluk langka ini biasanya ditemukan ketika mengikuti acara donor darah.



Kita bisa menjadi donor

Untuk memeriksa golongan rhesus, kita tak harus datang ke PMI. Pemeriksaan ini masuk kategori dasar pemeriksaan hematologi dan bisa dilakukan oleh laboratorium-laboratorium klinik macam Prodia, Pramita, Bio Medika, Kimia Farma, dan sejenisnya.

Di Indonesia, selama ini penggolongan darah di KTP hanya berdasarkan sistem ABO. Ini berbeda dengan negara-negara ras bule yang persentase warga berhesus negatif cukup tinggi. Biasanya para warganya dibekali kartu pengenal yang mencantumkan golongan darah berdasarkan sistem ABO dan rhesus. Kartu pengenal ini selalu mereka bawa, termasuk ketika harus tinggal di negara langka rhesus negatif seperti Indonesia.

Tak cuma punya kartu, mereka pun umumnya punya kesadaran terhadap urusan yang mungkin kita anggap sepele ini. Menurut Yuyun, banyak di antara mereka yang atas kehendak sendiri mendaftarkan diri ke PMI untuk menjadi pendonor.

Untuk urusan kesadaran ini, kita memang layak belajar dari mereka. Dengan alasan ini pula, Yuyun menyarankan agar lebih banyak lagi orang yang mendaftarkan diri sebagai penyumbang darah. “Kalau mau menjadi donor, datang aja langsung ke kantor PMI,” katanya.

Jika kebetulan berhesus positif, kita bisa menjadi pendonor sukarela yang menyumbangkan darah secara berkala. Jika kebetulan kita tergolong manusia langka yang berhesus negatif, kita bisa mendaftar di bank data PMI sebagai anggota komunitas rhesus negatif yang sewaktu-waktu siap diminta menjadi donor panggilan.

Selain bisa berbagi dengan orang lain, menjadi donor berarti menyelamatkan diri sendiri. Memang tak ada orang yang berharap jatuh sakit, tapi siapa tahu ternyata suatu saat kita sendiri yang membutuhkan.



Bisa Sebabkan Keguguran

Urusan rhesus tak hanya penting saat proses tranfusi darah. Faktor ini juga perlu diketahui oleh para ibu hamil. Terutama jika ia berhesus negatif sementara suaminya berhesus positif. Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan atarbangsa.

Secara genetik, rhesus positif dominan terhadap rhesus negatif. Anak dari pasangan beda rhesus punya kemungkinan 50 – 100% berhesus positif. Kemungkinan berhesus negatif hanya 0 – 50%. Artinya, rhesus si anak lebih mungkin berbeda dengan si ibu.

Jika tidak ditangani dengan tepat, perbedaan rhesus antara bayi dengan ibu ini bakal menimbulkan masalah. Lewat plasenta, rhesus darah bayi akan masuk ke peredaran darah si ibu. Selanjutnya ini akan menyebabkan tubuh si ibu memproduksi antirhesus. Lewat plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah si bayi. Sel-sel darah merah si bayi akan dihancurkan.

Pada kehamilan pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada kulit). Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.

Jika sebelum hamil si ibu sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah keguguran ini bisa dihindari. Sesudah melahirkan anak pertama, dan selama kehamilan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus untuk menetralkan antirhesus darah si ibu. Dengan terapi ini, anak kedua tetap bisa diselamatkan.


Sumber:

2 komentar:

  1. Semakin banyak orang yang mulai memahami pentingnya isu negatif rhesus. Merasa bebas untuk joing kita grup facebook. Anda dapat menemukan melalui http://www.rhesusnegative.net website kami

    Mike Dammann

    BalasHapus
  2. aku mau tanya, kalau seandainya suamiku bergolongan darah AB rhesus (-) dan aku sendiri golongan A rhesus (+) apakah kami tidak akan mempunyai anak? terimakasih jawaban-nya sebelumnya :)

    BalasHapus

apa pendapatmu...?